Fi Zhilalil Qur’an “Di Bawah Naungan Al-Qur’an”. Hidup di
bawah naungan Al-Qur’an adalah suatu nikmat. Nikmat yang tidak dimengerti
kecuali oleh yang merasakannya. Nikmat yang mengangkat harkat usia manusia,
menjadikannya diberkahi, dan menyucikannya.
Segala puji milik Allah yang telah memberiku karunia dengan
hidup di bawah naungan Al-Qur’an dalam suatu rentang waktu, yang kurasakan
nikmatnya yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dalam hidupku. Kurasakan
nikmat ini dalam hidupkum yang menjadikan usiaku bermakna, diberkahi, dan suci
bersih.
Kutempuh hidup dengan kudengar Allah yang Mahasuci berbicara
kepadaku dengan Al-Qur’an ini, padahal aku sejumput hamba yang kecil. Adakah
penghormatan bagi manusia seperi penghormatan yang tinggi dan mulia seperti ini?
Adakah pemaknaan dan peningkatan harkat usia seperti yang diberikan oleh Al-Qur’an
ini? Kedudukan manakah yang lebih mulia yang diberikan oleh Pencipta Yang
Mahamulia kepada manusia?
Aku hidup di bawah naungan Al-Qur’an. Dari tempat yang
tinggi, kulihat kejahiliahan yang bergelombang di muka bumi. Kulihat pula
kepentingan-kepentingan penghuninya yang kecil tak berarti. Kulihat kekaguman
orang-orang jahiliah terhadap apa yang mereka miliki bagaikan kanak-kanak;
pikiran-pikiran, kepentingan, dan perhatiannya bagaikan anak kecil. Ketika
kulihat mereka, aku bagaikan seorang dewasa yang melihat permainan anak-anak
kecil, pekerjaan anak-anak kecil dan tutur katanya yang pelat seperti anak kecil.
Mengapakah manusia-manusia ini? Mengapa mereka terbenam
dalam lumpur lingkungan, tanpa bias dan mau mendengar seruan yang luhur dan mulia. Seruan yang mengangkat harkat
kehidupan, menjadikannya diberkahi dan menyucikannya?
Aku hidup di bawah naungan Al-Qur’an sambil bersenang-senang
dengan menikmati gambaran yang sempurna, lengkap, tinggi, dan bersih bagi alam
wujud ini, tentang tujuan alam wujud ini seluruhnya dan tujuan wujud manusia.
Kubandingkan dengan konsepsi jahiliah tempat manusia hidup, di timur dan di
barat, di utara dan selatan, dan aku bertanya,”Bagaimanakah manusia hidup di
dalam kubangan yang busuk, di daratan paling rendah, dan di dalam kegelapan
yang hitam pekat, sementara di sisinya ada tempat yang subur, tempat pendakian
yang tinggi, dan cahaya yang cemerlang?”
Aku hidup di bawah naungan Al-Qur’an; aku rasakan simfoni
yang indah antara gerak kehidupan manusia yang dikehendaki Allah dan gerak alam
semesata yang diciptakan-Nya. Kemudian, kuperhatikan lagi kehidupan jahiliah
maka terlihat olehku kejatuhan yang
dialami manusia karena menyimpang dari sunnah kauniyah dan benturan
antara ajaran-ajaran yang rusak serta jahat yang telah lama kemanusiaan
bercokol di atasnya dan fitrah yang diciptakan Allah untuknya. Aku berkata
dalam hati, “setan keparat manakah gerangan yang telah memimbing langkah mereka
ke neraka jahim ini”
Wahai betapa ruginya manusia ini!!!
…..
(Syeikh Sayyid Quthb, dikutip dari potongan Mukadimah buku Fi Zhilalil Qur'an)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar