Jumat, 25 November 2011

di bawah naungan Al-Qur'an

Fi Zhilalil Qur’an “Di Bawah Naungan Al-Qur’an”. Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah suatu nikmat. Nikmat yang tidak dimengerti kecuali oleh yang merasakannya. Nikmat yang mengangkat harkat usia manusia, menjadikannya diberkahi, dan menyucikannya.
 
Segala puji milik Allah yang telah memberiku karunia dengan hidup di bawah naungan Al-Qur’an dalam suatu rentang waktu, yang kurasakan nikmatnya yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dalam hidupku. Kurasakan nikmat ini dalam hidupkum yang menjadikan usiaku bermakna, diberkahi, dan suci bersih.
 
Kutempuh hidup dengan kudengar Allah yang Mahasuci berbicara kepadaku dengan Al-Qur’an ini, padahal aku sejumput hamba yang kecil. Adakah penghormatan bagi manusia seperi penghormatan yang tinggi dan mulia seperti ini? Adakah pemaknaan dan peningkatan harkat usia seperti yang diberikan oleh Al-Qur’an ini? Kedudukan manakah yang lebih mulia yang diberikan oleh Pencipta Yang Mahamulia kepada manusia?
 
Aku hidup di bawah naungan Al-Qur’an. Dari tempat yang tinggi, kulihat kejahiliahan yang bergelombang di muka bumi. Kulihat pula kepentingan-kepentingan penghuninya yang kecil tak berarti. Kulihat kekaguman orang-orang jahiliah terhadap apa yang mereka miliki bagaikan kanak-kanak; pikiran-pikiran, kepentingan, dan perhatiannya bagaikan anak kecil. Ketika kulihat mereka, aku bagaikan seorang dewasa yang melihat permainan anak-anak kecil, pekerjaan anak-anak kecil dan tutur katanya yang pelat seperti anak kecil.
 
Mengapakah manusia-manusia ini? Mengapa mereka terbenam dalam lumpur lingkungan, tanpa bias dan mau mendengar seruan yang luhur  dan mulia. Seruan yang mengangkat harkat kehidupan, menjadikannya diberkahi dan menyucikannya?
 
Aku hidup di bawah naungan Al-Qur’an sambil bersenang-senang dengan menikmati gambaran yang sempurna, lengkap, tinggi, dan bersih bagi alam wujud ini, tentang tujuan alam wujud ini seluruhnya dan tujuan wujud manusia. Kubandingkan dengan konsepsi jahiliah tempat manusia hidup, di timur dan di barat, di utara dan selatan, dan aku bertanya,”Bagaimanakah manusia hidup di dalam kubangan yang busuk, di daratan paling rendah, dan di dalam kegelapan yang hitam pekat, sementara di sisinya ada tempat yang subur, tempat pendakian yang tinggi, dan cahaya yang cemerlang?”
 
Aku hidup di bawah naungan Al-Qur’an; aku rasakan simfoni yang indah antara gerak kehidupan manusia yang dikehendaki Allah dan gerak alam semesata yang diciptakan-Nya. Kemudian, kuperhatikan lagi kehidupan jahiliah maka terlihat olehku kejatuhan yang  dialami manusia karena menyimpang dari sunnah kauniyah dan benturan antara ajaran-ajaran yang rusak serta jahat yang telah lama kemanusiaan bercokol di atasnya dan fitrah yang diciptakan Allah untuknya. Aku berkata dalam hati, “setan keparat manakah gerangan yang telah memimbing langkah mereka ke neraka jahim ini”
 
Wahai betapa ruginya manusia ini!!!
 
…..

(Syeikh Sayyid Quthb, dikutip dari potongan Mukadimah buku Fi Zhilalil Qur'an)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar