Minggu, 13 November 2011

Luka dan pertahanan diri

Kita semua pasti pernah mengalami hal yang menyakitkan dalam hidup kita. Jangan salah, orang yang tampak sangat ceria pun mungkin menyimpan banyak duka dalam dirinya. Begitulah hidup, sejauh apa pun kita menghindar dari yang namanya masalah justru kita akan menemuinya. Seorang yang kuat akan lebih memilih menghadapi masalah ketimbang lari menghindar. Percayalah, jika kita pandai mengambil hikmah dari setiap masalah yang terjadi, kita akan semakin bijak dan dewasa. Anggaplah masalah merupakan suatu nikmat, bukan musibah.

Di ilmu psikologi, ada istilah yang disebut Defense Mechanism atau mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri digunakan untuk melindungi diri kita dari peristiwa yang mengecewakan, menyedihkan, dan menakutkan. Ada beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa dilakukan, (kita psti pernah menggunakan salah satu atau beberapa di antaranya).

  1. Repressi, yaitu berusaha melupakan dan berbuat seolah-olah peristiwa menyakitkan itu tidak pernah ada, tidak pernah terjadi. Memori seakan-akan terhapus, tapi yang sebenarnya adalah memori itu tetap tersimpan di alam bawah sadar kita.
  2. Replacement, yaitu memindahkan sasaran kemarahan kita. Saat menghadapi peristiwa yang menyakitkan, tentu ada perasaan marah. Marah ini disalurkan kepada subjek atau objek yang tidak berkaitan dengan masalah yang sebenarnya. Misalnya, masalah di kantor, tapi marah-marahnya sama istri.
  3. Regressi, yaitu penurunan tingkat perkembangan. Karena ada masalah yang sangat berat, orang ini akan bertingkah seperti anak kecil yang manja. Misalnya orang dewasa yang menangis meraung-raung, berteriak, dan tantrum, padahal cara orang dewasa ketika menghadapi masalah biasanya hanya meneteskan air mata.
  4. Fiksasi, yaitu mempertahankan sikap adan perilaku kita sesuai fase perkembangan tertentu. 
  5. Rasionalisasi, yaitu berusaha mencari pembenaran atas tindakan yang diambil. Misalnya, "Untuk apa marah, toh tidak ada gunanya".
  6. Intelektualisasi, yaitu menggunakan kata-kata ahli atau bijak untuk mencari pembelajaran atas tindakan yang diambil. Misalnya, Rasulullah Saw., pernah bersabda "Jangan marah, jangan marah, jangan marah".
Dari beberapa jenis mekanisme di atas, yang paling baik adalah yang nomor 5 dan 6. Mekanisme yang lain hanya bersifat menyembuhkan sementara. Pada awalnya, mungkin akan terasa lega, tapi entah di suatu hari kita akan ingat kembali dan akan terasa sakit.

Luka apa pun pasti kita akan berusaha menyembuhkannya. Ada luka yang dapat sembuh sendiri dan hilang tak berbekas. Ada juga luka besar dan membutuhkan waktu penyembuhan yang lama. Tak masalah, yang penting jangan berusaha untuk melenyapkannya dari ingatan kita. Karena itu benar-benar tidak bisa dilakukan. Hal penting yang perlu kita lakukan adalah bertawakkal kepada Allah Swt. Setiap kejadian, besar atau kecil adalah kehedak-Nya. Dan setiap apa-apa yang ditentukan-Nya tentu seimbang, adil, dan terbaik. Kalau pun bersedih dan terluka, tak perlu lama-lama, bersabarlah. Obati hatimu dengan menyerahkan seluruh hidupmu dan takdirmu hanya kepada Allah. Itu lah seorang muslim sejati di mana sabar dan doa menjadi senjata utama dalam menghadapi masalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar