Di sebuah tempat makan, ada dua anak yang berbeda keluarga. Anak pertama membisikkan kepada ibunya bahwa ia mau makan dengan saos tomat, anak kedua menyampaikan pada ibunya bahwa ia ingin sedotan minum. Ibu dari anak pertama, serta merta melangkah menuju tempat saos tomat. Lalu, memberikan saos tersebut kepada anaknya. Ibu dari anak yang kedua melakukan hal yang berbeda. Ia mengatakan kepada anaknya, "Kamu tahu di mana tempat sedotan?" Si anak mengangguk. Kemudian, ibu tersebut bertanya, "Kamu berani ngambil sendiri?". "Takut bu..", jawab si anak. Lanjut si ibu, "Apa yang kamu takutkan, ibu ada di sini, kamu ambil sendiri di sana, ibu tetap ngeliatin kamu, ibu jagain supaya ngga ada yang gangguin". Anak tersebut melangkah maju meski awalnya ragu-ragu, baru tiga langkah ia menoleh ke arah ibunya. Ibunya menyemangati anaknya dengan senyuman dan anggukan kepala seraya berkata "Tenang, ibu terus ngawasin kok". Akhirnya si anak sampai ke tempat sedotan itu, tapi rupanya tempatnya terlalu tinggi. ia berlari ke arah ibunya. Si ibu berkata, "coba kamu minta tolong sama om yang pake seragam itu, Tadi kamu udah berani, sekarang pasti bisa". Si anak berlari ke arah petugas lalu meminta tolong seperti instruksi si ibu. Dengan senang hati petugas itu membantu si anak. Si anak tersenyum bangga berlari membawa sedotan ke arah ibunya.Ibunya menyambut dengan senyuman lalu berkata, "Tuh kan kamu bisa, kamu hebat.. ibu bangga".
Dari kisah ini dapat kita ambil beberapa pelajaran. Orang tua anak pertama terlihat memanjakan anaknya. Perilaku orang tua yang seperti ini yang akan membuat anak menjadi lemah. Sementara orang tua dari anak kedua dapat memanfaatkan kesempatan untuk mengasah keberanian si anak.
Lawrence E. Saphiro, Ph.D mengatakan bahwa pada dasarnya semua anak
adalah pemalu. Namun, ada anak yang berubah menjadi pemberani, atau ada
juga yang tetap menjadi pemalu. Hal yang membedakan mereka adalah
pendekatan yang dilakukan oleh ibunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar