Senin, 31 Oktober 2011

Bu, aku mau manjat, boleh ngga?

Setiap anak pasti suka memanjat. Arena bermain anak pasti dilengkapi dengan sarana untuk memanjat. Ketika sarana memanjat tidak ada, anak pasti akan memanjat apa saja yang dapat digunakannya untuk memanjat. Pohon mangga di depan rumah, pintu gerbang, atau pun teralis jendela rumah tak luput menjadi sarana anak untuk memanjat.

Memanjat adalah kegiatan yang menyenangkan bagi mereka, tapi tidak bagi orang tua yang merasa khawatir anaknya jatuh. Jika kita khawatir dengan keselamatannya, maka otomatis kita berteriak saat melihatnya memanjat. Kemudian dengan serta merta kita membuat peraturan "Tidak boleh memanjat". Namun, apakah aturan itu berhasil melindungi anak dan membuatnya berhenti memanjat? Jawabannya, belum tentu. Ketika kita tidak ada, ia bisa saja melakukannya lagi.

Jadi, apa yang harus kita lakukan?

Barang kali lebih efektif jika kita mengajarkan anak cara memanjat yang aman. Tuntun agar anak bisa menggunakan tangannya terlebih dahulu untuk mencari tumpuan yang kuat dan kaki mencari pijakan yang kuat. Jika naik, kaki ke pijakan di atasnya terlebih dahulu baru disusul mengangkat badan. Jika turun, tanganlah yang bergerak mencari pegangan di bawahnya lalu disusul kaki turun ke bawah mencari pijakan di bawahnya. Pastikan posisi tangan dan kaki aman dari bahaya terpeleset. Sambil memberi aba-aba, kita awasi anak ketika mempaktikannya. Setelah anak berhasil  mencoba 3 sampai 5 kali, kita awasi saja dari jarak yang cukup. Dengan begitu, anak akan menikmati permainan dan lebih terampil, sedangkan orang tua dapat merasa aman tanpa harus membatasi kreativitasnya.

Kasus memanjat hanyalah satu dari sekian banyak hal yang disukai anak-anak, tetapi sering dibatasi orang tua. Kasih sayang dan perhatian bukan untuk membatasi mereka. Sebagai orang tua seharusnya kita lebih bijak dalam menerapkan aturan dan larangan. Kita semua pasti mengharapkan memiliki anak yang berani, cerdas, dan kreatif. Namun, bagaimana bisa kita mewujudkannya jika kita banyak membatasi ruangnya dalam mengasah keterampilan motorik dan sosialnya.

Contoh yang lain adalah kegiatan makan dan menggambar. Sedini mungkin, di saat anak mulai bisa menggunakan tangannya untuk makan, kita biarkan anak makan sendiri jangan terus disuapi. Hal ini bisa melatih kemandiriannya. Sayangnya, para ibu sering tidak sabar dan malas untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang terjatuh atau mengganti baju anak yang penuh noda makanan. Kalau begitu, kita hanya perlu meletakkan alas koran atau perlak di bawah tempat si anak makan dan memakaikan baju rumah yang siap kotor. Begitu pun saat si anak menggambar sendiri. Kita memfasilitasi anak untuk berkembang dan mandiri sedini mungkin agar pribadinya tidak menjadi anak yang ketergantungan (manja) dengan orang tua.

Bila ingin anak kreatif, orang tua juga harus kreatif!

Sabtu, 29 Oktober 2011

Tempe Setengah Jadi

Diceritakan ada seorang janda produsen sekaligus penjual tempe. Wanita ini memiliki dua orang anak yang masih sekolah. Untuk menghidupi keluarganya, wanita ini harus berjuang membuat tempe lalu menjualnya ke pasar.

Suatu hari, seperti biasa ia membuat tempe yang akan dibawanya ke pasar esok paginya. Namun, ada yang berbeda. Olahan kedelai tidak juga mengeras seperti biasanya. Sampai pada waktu yang biasanya, ia mengintip cetakan tempe yang berisi kedelai tersebut rupanya tidak juga jadi sepenuhnya, hanya setengah jadi. "Duh, kok tumben lembek gini. Kalau sampai ngga jadi gimana bisa aku jual ke pasar?", tanyanya dalam hati sambil berdoa agar isi di cetakan ini bisa mengeras menjadi tempe yang sebenarnya. Wanita ini memutuskan untuk menunggu dan tetap berharap semua berjalan lancar.

Setelah sekian lama, ia kembali ke tempat cetakan tempe. Diintipnya isi cetakan itu. Raut kebingungan kembali tampak di wajah janda ini, harapannya tidak terkabul. Ia belum putus asa, ia putuskan kembali menunggu sambil berdoa kepada Allah. Selama ia menunggu, pikirannya disibukkan dengan berbagai hal, terutama nasib keluarganya. Ia hanya produsen dan penjual kecil. Hasil penjualan tempe akan ia gunakan untuk keperluan sehari-hari dan modal membuat tempe di keesokan harinya. Jika sampai ia gagal membuat tempe kali ini, entah dari mana ia bisa memenuhi kebutuhan keluarganya dan modal usaha kecilnya itu. Tapi segera ia tersadar dari lamunannya. Ia tahu bahwa ia hanya bisa berusaha, sedangkan yang menentukan hasilnya adalah Allah Swt, manusia mampu berikhtiar tapi juga harus bertawakal.

Setelah beberapa kali mengintip dan menyadari tidak ada perubahan pada isi cetakan tempe. Wanita ini memutuskan untuk tetap membawa tempe setengah jadi ini ke pasar. Ini adalah usaha terakhir yang bisa ia lakukan. Dengan langkah yang berat ia membawa produk tempenya ke pasar. Di sana sudah ramai dengan berbagai penjual dan pembeli. Ia pun mulai menggelar dagangannya. Setiap kali ada orang yang ingin membeli tempenya, dengan jujur ia mengatakan bahwa tempenya setengah jadi, dan si calon pembelinya pun akhirnya mengurungkan niat untuk membeli. "Mana ada orang yang mau membeli tempe setangah jadi?", gumamnya sambil menghela napas. Dalam hati, ia terus memanjatkan doa barang kali ada keajaiban.

"Bu, saya mau beli tempe. Ada ngga yang setengah jadi?", seorang wanita berdiri di depan lapaknya. Sontak, ia terkejut. "Ibu nyari yang setengah jadi?" tanyanya. "Iya bu, saya nyari yang setengah jadi". Wajah ceria pun langsung menghiasi wanita penjual tempe ini. "Ada bu, ada.. ibu butuh berapa banyak?", lanjutnya sambil menunjukkan tempe-tempe dagangannya. "Ibu punya tempe setengah jadi? Alhamdulillah, saya dari tadi muter-muter pasar ngga ketemu susah banget nyarinya. Kalau gitu saya beli semuanya bu."

Wanita penjual tempe terkejut, ia tidak menyangka dagangannya yang semula dikiranya tidak laku, langsung habis dalam sekejap diborong satu pembeli. "Alhamdulillah, terima kasih gusti, terima kasih", syukurnya kepada Allah Swt. Sambil membungkus semua tempe setengah jadi itu, ia mengobrol dengan pembeli tersebut. Rupanya wanita pembeli tempe adalah seorang yang bekerja di luar negeri yang sedang pulang ke Indonesia. Ia dapat banyak pesanan tempe dari teman-temannya di luar negeri. Kalau harus membeli tempe yang jadi, saat sampai tempe itu sudah busuk. Kalau beli yang setengah jadi, maka tempe bisa lebih awet dan selama perjalanan proses peragian bisa dilanjutkan agar si tempe bisa sepenuhnya menjadi tempe.

Dari komunikasi di antara mereka terjalin hubungan bisnis. Si wanita yang bekerha di luar negeri rutin menjadi konsumennya. Setiap kali pulang ke Indonesia, pasti memesan tempe ke ibu ini. Subhanallah.

Jangan pernah berputus asa, skenario Allah lebih indah dari bayangan makhluk-Nya.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

Jumat, 28 Oktober 2011

Teknik Mendisiplinkan Anak


Kita semua pasti mengharapakan anak kita menjadi anak yang penurut atau mengikuti semua aturan yang dibuat. Namun ternyata membuat anak menjadi disiplin bukanlah merupakan hal mudah. Kita sering tertipu dengan cara yang kurang sesuai, sehingga hanya bisa mendisiplinkan anak di satu waktu tertentu, tapi tidak di waktu yang lain. Contohnya saja ketika saya melihat teman saya yang menerapkan aturan kepada anak-anaknya untuk selalu tidur siang jam 13.00, saat ada tamu orang tuanya, si anak memanfaatkan kesempatan tersebut. Dia tidak tidur siang dan malah sengaja bermain dengan teman-temannya karena dia tahu ibunya tidak akan memarahinya di depan para tamu.

William Damon mengatakan bahwa semua anak memerlukan disiplin dalam arti yang positif dan mengikat. Penerapan aturan dan disiplin yang dilakukan ditujukan untuk mengembangkan bakat alamiahnya agar maksimal. Mereka juga perlu dihadapkan pada disiplin yang tegas dan konsisten setiap kali melanggar batas aturan sosial.
Saya jadi teringat seorang sahabat Rasulullah Saw., yang bernama Zubair bin Awwam. Ibunya bernama Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah Saw. Beliau terkenal dengan sebutan “pengawal Rasulullah”. Beliau selalu mengikuti peperangan bersama Rasulullah Saw dan setiap malam beliau selalu siap siaga berdiri di depan tenda Rasulullah untuk mengawasi sekitar, khawatir ada penyusup yang masuk. Perilaku dan pribadi Zubair ra., ini bukan tanpa sebab. Beliau dari kecil dididik ketat oleh ibunya Shafiyah ra. Bahkan, ada seorang yang berkata kepada Shafiyah saat melihat cara wanita ini mendidik anaknya yang masih kecil, “Wahai Shafiyah, apa yang sedang kulihat ini. Kau ini sedang mendidik anakmu atau bukan?”. Shafiyah adalah wanita yang tegas, beliau menerapkan kedisiplinan yang tinggi kepada anak-anaknya dan saat mendengar pertanyaan itu beliau menjawab, “Ketahuilah bahwa aku sedang mendidik anakku, dan kau lihat saja nanti akan jadi seperti apa dia”. Benar saja, anaknya ini tumbuh menjadi laki-laki perkasa, pemberani, dan berjiwa besar, seorang pengawal Rasulullah, Zubair bin Awwam.

Disiplin tidak identik dengan kekerasan. Jika kita berpikir bahwa kedua hal itu sejalan, maka kita salah besar. Disiplin berarti konsisten terhadap setiap aturan dan perkataan. Hukuman yang diberikan pada saat mendisiplinkan anak tidak selalu berupa kekerasan. Justru kekerasan hanya akan memberi bekas yang tidak menyenangkan pada anak. Kekerasan justru bukan penyelesaian masalah, bahkan menambah masalah. Rasulullah Saw, merupakan orang yang paling sedikit menerapkan hukuman dalam bentuk kekerasan. Beliau menjadi keras hanya saat berhadapan dengan orang kafir, terutama mereka yang memusuhi islam, tapi sesama muslim beliau sangat lembut apalagi sama anak-anak.Intinya, Antikekerasan bukan berarti kita menjauhi yang namanya pendisiplinan anak. Penerapan hukuman bisa dilakukan dengan berbagai cara, bergantung keputusan bersama keluarga. 

Mengapa mendisiplinkan anak menjadi sulit? Ada beberapa hal yang membuat kita gagal menerapkan disiplin pada anak, yaitu sebagai berikut.
  1. Bagi sebagian besar orang, disiplin memiliki konotasi negatif. Disiplin berarti mengikuti aturan yang mengekang kebebasan. Hal yang perlu ditekankan kepada anak adalah bahwa kita tidak akan pernah lepas dari aturan. Aturan bukanlah suatu hal yang buruk karena kita memerlukannya. Di jalan ada aturan lalu lintas seperti di mana harus parkir, di mana menyebrang jalan, jalur mana bisa digunakan untuk mendahului kendaraan lain, dan sebagainya. Kita bisa memberikan gambaran, seperti di sekolah ada aturan jam datang, seragam sekolah, buku PR, dan lain-lain; begitu pun di rumah juga ada aturan, misalnya waktu bermain, makan, jam tidur, dan aturan-aturan saat ada tamu yang datang. Bagaimana jika tidak dilakukan? Jika kita seenaknya di jalan raya maka kita mungkin akan ditabrak atau menabrak. Jika tidak menuruti aturan sekolah, maka mungkin kita akan hukum guru, dibenci teman, atau bahkan dikeluarkan dari sekolah. Ajarkan pada anak agar bersahabat dan jangan alergi terhadap aturan.
  2. Disiplin menuntut kita untuk adil, padahal adil kepada semua orang itu sulit. Misalnya saja kita memiliki dua anak yang berbeda usia, yang satu remaja dan yang satu anak usia sekolah. Kita memberi kebebasan yang lebih kepada anak yang remaja untuk main ke rumah temannya. Sementara untuk anak usia sekolah kita sangat membatasi waktu dan teman bermainnya. Selain karena perbedaan tingkat perkembangan, pendekatan penerapan disiplin juga berbeda karena perbedaan karekeristik atau sifat anak. Semua ini adalah hal yang wajar namun bisa menjadi penghambat karena terkadang anak-anak tidak memahami kenapa kita memberlakukan perbedaan tersebut. Mereka menganggap bahwa orang tuanya tidak adil dalam memperlakukan mereka.
  3. Dalam berbagai hal kita sering menggunakan  personal criteria, artinya kita mengharapkan seseorang bersepons seperti apa yang kita inginkan padahal anak hanyak seorang anak yang kadang belum memahami  apa yang dipikirkan orang dewasa. Hal ini diperburuk dengan pola komunikasi yang buruk. Kita kadang menggunakan gaya komunikasi orang dewasa ke anak yang masih kecil sehingga anak tidak mengerti apa yang sedang disampaikan . Orang tua menganggap bahwa respons anak terhadap stimulus yang diberikan sangat lambat atau kurang respek.
  4. Disiplin berarti konsisten. Kadang kala, kita terlanjur “telalu cinta” kepada anak sehingga kita menjadi kurang objektif dalam memberikan hukuman. Terlebih lagi pada orang tua yang bekerja, karena merasa bersalah harus meninggalkan anak saat kerja. Akibatnya, saat kita harus menghukum anak, hukumannya menjadi lunak sebagai penebus rasa bersalah itu.
  5. Disiplin berarti bersikap tegas, yang sering kali dipersepsikan dengan “galak”. Kita tentu tidak ingin diberi label “galak” oleh anak yang kita sayangi sehingga ragu-ragu dalam menjalankan aturan.
  6. Ketidakkompakan ibu dan ayah. Terkadang saat ibu marah dan memberi hukuman, si ayah dengan sikap “sok bijak’-nya menghampiri si anak sambil berkata “Sudah-sudah, ini kan hal kecil, ngga usah dipermasalahkan” atau sebaliknya ibu yang melakukan ini ke ayah. Mungkin kedua pihak tidak merasakan pengaruh terhadap kejadian ini, tapi percayalah sikap ini memberi pengaruh kepada si anak. Anak menjadi kurang hormat kepada orang tua karena ia melihat sendiri ayah dan ibunya tampak meremehkan satu sama lain. Jadi, terlihat mendukung atau paling tidak “bersikap diam no comment” saat salah satu pihak memarahi anak. Apabila kita melihat istri atau suami keterlaluan memarahi anak, jangan tegur mereka di depan anak langsung. Tarik istri/suami ke kamar lalu bicarakan keluhan kita, sampaikan secara baik-baik dan cari jalan keluar bersama. 


Lawrence E Shaphiro, Ph.D* memberikan beberapa teknik mendisiplinkan anak.
  1. Buatlah aturan dan batas yang jelas serta tegas. Lebih baik jika aturan itu ditulis dan ditempel.
  2. Beri peringatan atau petunjuk apabila anak mulai melakukan kesalahan. Ini cara terbaik untuk mengajari mereka cara mengendalikan diri.
  3. Bentuklah perilaku positif dengan mendukung setiap perilaku baik melalui pujian atau perhatian dan mengabaikan perilaku yang sengaja dilakukan untuk menarik perhatian kita.
  4. Didiklah anak sesuai dengan harapan kita
  5. Cegahlah masalah sebelum terjadi
  6. Apabila peraturan yang telah dinyatakan dengan jelas dilanggar, baik sengaja atau karena terpaksa langsung tanggapi dengan hukuman yang sesuai. Bersikaplah konsisten dengan apa yang kita katakan.
  7. Apabila hukuman tidak dapat dielakkan, pastikan bahwa hukuman itu setara dengan pelanggaran atau perilaku buruk yang dilakukan.
  8. Biasakan diri dengan sejumlah teknik pendisiplinan, antara lain: teguran, menyetrap, menahan hak menikmati sesuatu, koreksi berlebihan (misal, menulis ulang 10 x), dll.

Penerapan pendisiplinan tidak akan dapat dipahami anak jika orang tua tidak menerapkan pola komunikasi yang baik. Kita harus sering mengajak anak berdiskusi  tentang kelakuan dan perbuatan. Jangan lupa untuk memberikan pujian dan tetap objektif dalam memberikan hukuman secara proporsional. Orang tua yang bijak adalah orang tua yang tahu hal apa saja yang pantas untuk dipantang (tahu kapan yang harus memberikan hukuman). Hukuman yang terlalu sering justru tidak akan berpengaruh bagi anak, malah akan membuatnya merasa ditentang.

Wallahu a’alam.


*Sumber: Lawrence E. Saphiro, Ph.D. 2001.  Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Aku pasti bisa! keep move on.

Sore itu semua terasa berat bagiku. Beban di pundak semakin memberatkan langkah kaki dan dada terasa sesak. Aku termangu di depan teras rumah. Pikiranku melayang ke segala arah, berusaha menemukan cara yang mungkin masih bisa kulakukan. Tak terasa air mata dari mata kananku menetes. Seraya mengeluh aku bertanya dalam hati, "Kenapa aku bukan terlahir sebagai laki-laki?"

"Ya, kenapa aku bukan seorang laki-laki? bukankah semua akan menjadi mudah bagiku jika aku adalah seorang laki-laki?"

Menjadi seorang anak pertama di keluarga sekaligus menjadi tulang punggung adalah hal berat bagi seorang perempuan. Perempuan punya banyak keterbatasan, sedangkan laki-laki punya peluang untuk melakukan lebih. Contohnya saja saat aku meminta izin ibu agar bekerja di luar negeri. Tentu saja, ibu sulit memberiku izin karena aku ini perempuan. Atau, di saat kondisi sangat kritis, aku harus bisa mengambil keputusan yang tepat sambil menahan emosi, menyembunyikan kebimbangan dari orang sekitar. Hal ini merupakan beban psikologis yang sulit dilakukan seseorang, terutama oleh perempuan.

Astagfirullah.. bagaimana kalimat pertanyaan yang mengandung kufur nikmat itu bisa terbesit dalam hati.

Allah memberiku cobaan tapi juga memberiku banyak kemudahan, jadi untuk apa aku harus meng-kufuri nikmatnya. Aku memang terlahir sebagai perempuan, tapi bukankah sejak kecil masalah-masalah yang kuhadapi telah membuatku berpikir lebih dewasa, lebih cepat dari kebanyakan anak di usiaku. Bukankah mentalku lebih kuat dan lebih percaya diri. Selain itu, Allah mengaruniakan aku berada di sekitar orang-orang luar biasa, yang membuatku bertahan dan selalu siap membantuku. Mereka adalah ibuku dan sahabat-sahabat terbaikku. Allah Mahaadil, selalu memberi pertolongan, jadi jangan bersedih.

Bismillah.. Aku pasti bisa! aku pasti bisa melalui semua ini. ya Allah, hamba mohon kelapangan bagi setiap perjalanan hamba agar bisa melalui semua masalah ini dengan tetap mengharap keridoan-Mu. Amiin

Sabtu, 22 Oktober 2011

Sebelas Cara Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum:21)

Menikah adalah salah satu sunah Rasul yang sangat dianjurkan dalam Islam. Begitu banyak kebaikan yang bisa diperoleh dengan menikah, di antaranya adalah memperoleh ketenangan batin, ketentraman, dan memperoleh keturunan. Pasti hampir semua dari kita memiliki bayangan yang indah mengenai pernikahan. Hidup bersama dengan orang yang kita cintai lalu membangun “pemerintahan” sendiri di dalam keluarga yang penuh dengan kasih sayang. Tapi percayalah itu semua tidak dapat kita lalui dengan mudah. Jalan menuju kebahagiaan tak selamanya mulus. Banyak hambatan, tantangan, dan persoalan yang terkadang menggagalkan perjalanan rumah tangga. 
         Sebenarnya, agak canggung juga membahas topik ini, karena saya pun belum berpengalaman. Namun, sebagai bekal  menjalankan kehidupan rumah tangga idaman yang penuh dengan cahaya Islam, saya mengolah beberapa literatur dan beberapa pengalaman teman yang sudah menikah kemudian merangkumnya dalam tulisan ini. Tentunya, tulisan ini hanya merupakan ulasan ulang dalam bentuk ringkas, sedangkan pembahasan mengenai cara menjaga keharmonisan rumah tangga yang sebenarnya adalah dengan mempelajari kehidupan Rasulullah Saw. Beliau adalah teladan terbaik bagi setiap muslim, teladan bagi para lelaki yang menjadi pemimpin dalam keluarganya dan Istri-istri beliau merupakan contoh terbaik bagi setiap istri para mukmin.
 ***
Apa yang pertama kali ada dalam benak kita ketika hendak mengkhitbah seorang wanita atau ketika akan dikhitbah seorang pria. Hal apa yang kita rasakan saat kita benar-benar telah sah dan halal bagi seseorang. Tidakkah semua akan terlihat indah. “Serasa dunia milik berdua”, begitulah kata teman saya yang baru saja melangsungkan akad nikah beberapa minggu lalu. Yup.. semua terasa indah karena memang sudah fitrahnya kita membutuhkan orang lain (pasangan) untuk menyalurkan cinta dan berbagi bersamanya. Tapi sampai kapan kebahagiaan ini akan terus ada. Sampai kapan luapan cinta yang begitu besar mampu mengharubirukan setiap hari kita. 
         Mungkin semua perasaan ini akan menjadi berbeda tatkala senyum dan tawa mulai berganti menjadi air mata, tatkala kita mulai sadar bahwa ada banyak perbedaan antara kita dan pasangan. Perbedaan-perbedaan itu akan memicu pertengkaran-pertengkaran kecil atau bahkan menjadi pertengkaran hebat. Kenyataannya, tidak ada rumah tangga yang luput dari pertengkaran. Ada yang bilang itu bumbu yang jika dapat diselesaikan dengan baik dan tuntas, maka akan semakin mempererat hubungan suami-istri. Namun, bagaimana jika tidak dapat diselesaikan? Jika tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka dapat berakibat pada kerenggangan hubungan yang mungkin berakhir pada perceraian. Naudzubillah.. Untuk menghindari perpecahan ini, selain petunjuk Allah, seyogyanya setiap pasangan memiliki kedewasaan yang matang dan pemahaman yang baik mengenai kondisi keluarga terutama pasangannya. Pemahaman yang baik akan membantu pasangan dalam manajemen konflik rumah tangga yang terjadi. Semoga Allah selalu memberikan kita rahmat-Nya sehingga jauh dari yang disebut perceraian.
         Hal yang pertama kali harus kita ingat adalah bahwa perkawinan pada hakikatnya merupakan kerja sama yang berlangsung terus-menerus antara suami dan istri. Kerja sama inilah yang membuat mereka tak semestinya saling bersaing untuk menunjukkan siapa di antara mereka yang lebih unggul. Memasuki perkawinan juga bukan berarti bisa mengubah pribadi pasangan persis sesuai keinginan kita. Memang ada beberapa hal yang dapat kita ubah, tapi tidak dalam segala hal. Bisa saja kita membuat pasangan kita berhenti merokok, tapi kita belum tentu bisa mengubah kebiasaannya makan sambil nonton TV. Hanya karena tidak suka melihat dia terus melakukannya (karena sudah menjadi kebiasaan), kita terus mengomelinya dan membencinya saat melakukan setiap hal yang bertolak-belakang dengan kebiasaan kita.
          Setiap orang pasti berbeda, itulah hal yang harus diterima dari pasangan. Nilai, budaya, kebiasaan, pengetahuan, dan pengalaman antara dua orang tidak ada yang sama persis atau cocok 100% . Oleh karena itu, sangatlah wajar jika dalam memilih calon pasangan kita juga memperhatikan latar belakangnya. Semakin jauh atau berbeda latar belakang keduanya, semakin membutuhkan perjuangan ekstra untuk saling memahami dan menerima. Kelonggaran di antara keduanya terhadap hal-hal yang bersifat kecil menjadi salah satu kunci keharmonisan rumah tangga. Janganlah bersikap egois dengan memaksakan pasangan menuruti semua keinginan kita, jangan menyusahkannya, tetapi mudahkanlah ia dalam beradaptasi dengan diri kita.


"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar". (QS. An-Nisa:34)

Berikut adalah beberapa syarat terciptanya keharmonisan rumah tangga.


1.      Seiman. Ini adalah syarat pertama menciptakan keharmonisan, juga merupakan syarat pertama memilih pasangan hidup. Di antara beberapa kategori, agama yang baik (ditunjukkan dengan akhlak) memiliki nilai yang lebih tinggi, bukan harta, kedudukan, keturunan, maupun kecantikan/ketampanan fisik. Bagaimana bisa menjalankan rumah tangga yang selaras jika dalam masalah akidah saja saling bertentangan. Pasangan sebaiknya memiliki kesamaan ide dan nilai yang dianut. Memiliki nilai-nilai kuat yang dianut oleh seluruh anggota keluarga.

2.      Saling mencinta. Cinta merupakan unsur yang sangat penting. Sebagian orang mungkin tidak mempedulikan perihal cinta, mereka yakin bahwa cinta dapat tumbuh setelah menikah sehingga dengan kepercayaan yang tinggi mereka menerima lamaran dari lak-laki shaleh meskipun tidak dicintainya sama sekali. Sebagian besar dari mereka berhasil, cinta tumbuh di tengah perjalanan rumah tangga. Namun, sebagian kecil ada juga yang tidak berhasil menumbuhkan benih cinta. Saya pernah mendengar celotehan seorang ustad bahwa sampai sekarang ia tidak merasakan cinta kepada sang istri, padahal saat itu sudah memiliki tiga orang anak. MasyaAllah.. bagaimana bisa begitu? Lalu apa yang dilakukan selama ini oleh ustad tersebut. Apakah hanya sekadar rutinitas demi menjalankan sunah menikah? Subhanallah, berapa banyak orang yang bisa melakukan hal yang sama. 

Rasul sendiri menyarankan seorang sahabat untuk melihat calon pengantinnya agar timbul rasa cinta. Hal itu tentu mengandung hikmah, yaitu mengikat hati satu sama lain. Cinta adalah sesuatu yang mampu mengikat dua hati. Cinta adalah sesuatu yang dapat melunakkan sesuatu yang awalnya keras. Cinta adalah sesuatu yang membuatmu memaafkan. Dengan menghadirkan cinta di dalam keluarga, kehidupan akan lebih indah, lembut, dan berwarna.
         Bagaimana pun cinta yang paling hakiki adalah cinta kepada Allah, kemudian cinta kepada Rasul, lalu cinta kepada Jihad. Tidak ada cinta yang lebih besar dibanding tiga urutan cinta tersebut. Cinta kita kepada pasangan hanya sebagai penunjang, bukan sebagai pondasi. Ketiga cinta yang paling utama itulah yang seharusnya menjadi pondasi cinta di keluarga.

      3. Saling percaya. Tentunya kepercayaan timbul dari cerminan akhlak kedua pasangan dan kekukuhan keduanya dalam menjalankan syariat islam. Seorang istri yang shalehah adalah seorang wanita yang bisa menyenangkan hati suami di kala melihatnya, menaati suami, dan memelihara diri dan harta suami di saat suami tidak ada.  Kepercayaan timbul dari aplikasi kedua terhadap menahan pendangan seperti yang diperintahkan Rasulullah Saw.
Selain itu, saling percaya juga mengandung makna bahwa istri yakin sepenuhnya bahwa suaminya senantiasa memberikan makanan atau nafkah yang halal. Hal ini akan dicapai dengan saling mengingatkan satu sama lain untuk menjauhi maksiat.
          Kehidupan seks yang sehat. Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu hikmah dari perkawinan adalah penyaluran kebutuhan biologis yang sehat, sehingga salah satu cara mempertahankan keharmonisan rumah tangga adalah dengan menjaga kehidupan seks yang sehat. Jadi jangan sungkan-sungkan bagi seorang istri mempelajari bagaimana kehidupan seks yang sehat (ini bahasnya lain waktu aja kali ya.. hehhee)

Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah suatu kotoran." Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah:222 dan 223) 


4. Stabilitas ekonomi. Kondisi ekonomi merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi keharmonisan rumah tangga. Seorang suami dituntut mampu memberikan makanan yang halal, sehat, dan bergizi kepada keluarganya, sehingga ia wajib memiliki pekerjaan atau berpenghasilan. Sudah keharusan seorang suami memberikan yang terbaik bagi keluarganya dan karena itu lah rela bekerja keras seharian. Sementara itu, seorang istri harus pandai mengatur perekonomian keluarga, memanajemen antara pendapatan dan penghasilan. Sekiranya penghasilan belum memadai, bersikaplah sabar dan qanaah sambil mengharap Allah melapangkan rezeki bagi mereka.

Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya. (QS. Ath-Thalaq:6) 

5. Kehadiran anak. Tanpa kehidupan rumah tangga akan terasa hambar. Sebaliknya, dengan kehadiran anak, suami-istri akan semakin menyatu terutama mengenai persepsi dan konsep dalam mendidik anak. Namun, tak jarang juga terjadi perselisihan pasangan karena adanya perbedaan penerapan gaya mendidik. Nah. Karena ini lah, pasangan harus sering-sering berbagi mengenai perkembangan dan merencanakan bersama terkait pertumbuhan anak. Tugas membesarkan dan mendidik anak tidak hanya bertumpu pada ibu, tapi juga merupakan tanggung jawab bapak/suami.


6. Hindari pihak ketiga. Hayoo.. belum apa-apa udah ngomongin pihak ketiga. Hehhee.. Maksud pihak ketiga di sini adalah luas, tidak hanya berbicara tentang poligami. Pihak ketiga di sini bisa berarti keluarga dari masing-masing pasangan. Tidak baik mengadukan kejelekan suami di hadapan keluarga atau orang tua kita. Jangan sedikit-sedikit kalau lagi ada masalah minta pulang ke rumah ortu, “Pulangkan saja aku pada ibuku atau ayahku”. Selain itu, usahakan agar sesegera mungkin hdiup mandiri, tidak numpang tinggal di pondok mertua indah atau tinggal bersama para ipar. “Seorang raja hanya akan benar-benar menjadi raja di daerah kekuasaannya, jika ia masih tinggal di daerah orang lain dia bukanlah disebut raja”.


     7. Komunikasi, bersikap spontan dan terbuka. Pasangan yang bijak akan bersedia mengakui kesalahan dan mengetahui bagaimana berkomunikasi satu terhadap yang lain karena telah mengenal kepribadian masing-masing. Hal ini sering ditunjukkan oleh Aisyah ra., di saat Rasulullah Saw., mulai menunjukkan ketidaksukaan terhadap sesuatu hal, maka Aisyah ra. segera mengalihkan pembicaraan atau dengan teknik bertanya.  
     
     8. Saling memuji dan memperhatikan. Sering memberi pujian kepada pasangan sangat baik untuk menjaga kemesraan. Rasulullah Saw., memanggil para istrinya dengan sebutan yang baik. Jangan senggan untuk memanggil dengan panggilan yang mesra dan memberikan pujian. Tidak akan rugi sama sekali, malah bahkan menyenangkan hati pasangan.

    9. Menikmati kebersamaan. Kita semestinya menyediakan waktu untuk pasangan dan mau menghadiri acara kegiatan anggota keluarga yang lain. Semua memang butuh pengorbanan. Saya sering mendengar keluhan para istri yang melihat suaminya tidur-tiduran di rumah sepanjang liburan, padahal si istri sudah kangen ingin menghabiskan waktu jalan-jalan berdua saja. Namun, karena alasan capek kerja. Di sini istri harus menghormati kebutuhan istirahat suamu, dan suami juga harus berkurban sedikit waktu untuk memuaskan istri dengan menyediakan waktu bersama.

    10. Saling memaafkan. Lupakan kesalahan masa lalu pasangan karena semua orang pasih memiliki cela atau tidak sempurna. Memaafkannya adalah langkah kita menerima kembali pasangan kita. Jangan marah di waktu yang sama. Mengalahlah untuk bisa menang. Maksudnya, jika suami marah, jangan sampai ketika tidur ia masih dalam keadaan marah. Rayuan akan meluluhkan kemarahannya, jadi berusahalah meredam emosinya. Demikian juga saat istri marah, jangan sampai menyimpan kemarahan sampai matahari tenggelam. Segala masalah bisa dibicarakan bersama.

     11. Terakhir adalah menerima kekurangan. Jangan takut menjadi pribadi jujur dan bertanggung jawab. Jika ia merasa melakukan kesalahan, maka ia akan berani mengatakan “saya salah” dan menerima jawaban “tidak” dari pasangan terhadap kesalahan kita. TIidak Ada Gading yang Tak retak!

      Demikian sepuluh cara menjaga keharmonisan rumah tangga hingga mampu menciptakan rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah. Wallahua'lam.

Kamis, 20 Oktober 2011

Empat tipe kepribadian menurut Aristoteles

TIPE-TIPE KEPRIBADIAN


TIPE KOLERIS
—  Orang koleris dikenal sebagai orang yang keras, tegas, sangat menuntut, dan memiliki keyakinan akan kemampuan diri sendiri. Tidak ada kata gagal dalam kehidupan mereka karena mereka percaya mereka dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Mereka adalah orang yang suka tantangan. Jumlah orang koleris dalam masyarakat hanya sekitar 10% dari total populasi.
—  Orang koleris mempunyai kebutuhan mendasar berupa tantangan, pilihan, dan pengendalian. Sebagai orang tua, orang koleris merupakan contoh pemimpin yang kuat dan mandiri. Mereka biasanya tahu jawaban yang benar dari suatu pertanyaan dan pandai mengatur rumah tangga.
—  Orang koleris juga dikenal sebagai sosok egois. Mereka sering bangga dan menunjukkan kekuasaannya. Orang koleris terkadang menjadi orang yang kurang bijaksana karena mereka penuh temperamen dan mudah marah. Namun demikian mereka mudah memaafkan orang lain dan melupakan kemarahannya

TIPE SANGUNIS 
—  Orang sanguinis dikenal ramah dan sangat suka berbicara. Mereka penuh inspirasi dan juga sangat aktif. Orang sanguinis dapat memengaruhi orang lain untuk percaya pada apa yang mereka katakan. Mereka bisa menjadi pembicara yang hebat sekaligus motivator yang menyenangkan. Sikap mereka cenderung optimis. Orang sanguinis juga mempunyai rasa humor yang tinggi. Mereka selalu disukai dan menjadi bintang dalam setiap pertemuan. Jumlah orang sanguinis dalam masyarakat berkisar 25-30% dari total populasi.
—  Orang sanguinis mudah dipengaruhi. Mereka cenderung menjadi pengikut. Mereka sangat menyukai pujian dan perhatian. Mereka adalah orang yang mempunyai impian serta kreatif dalam merencanakan sesuatu. Namun sayangnya mereka kurang terdorong untuk mewujudkannya. Orang sanguinis sering tidak disiplin dan tidak menepati janji.
—  Orang sanguinis mempunyai kebutuhan mendasar berupa pengakuan dan penghargaan. Sebagai orang tua, orang sanguinis akan membuat rumah menjadi tempat tinggal yang sangat menyenangkan. Dalam pekerjaan, orang sanguinis tidak suka dengan pekerjaan yang rutin dan monoton. Mereka sanagat menyukai pekerjaan yang bersifat spontan.

TIPE PLEGMATIS
—  Orang plegmatis adalah tipe orang yang paling menyenangkan untuk dijadikan teman. Mereka manis, tidak suka mendesak, dan tidak suka memerintah. Mereka juga tidak suka menonjolkan diri. Orang plegmatis tidak suka dengan konflik dan pertentangan. Mereka adalah penengah yang baik karena tidak mudah tersinggung. Mereka juga pendengar yang baik dengan selera humor yang menggigit. Jumlah orang phegmatis dalam masyarakat berkisar 30-35% dari total populasi.
—  Orang plegmatis dikenal tertutup. Mereka juga cenderung tidak tegas. Sifat tidak tegas ini sering kali dimanfaatkan oleh orang lain. Orang phegmatis suka akan hal yang sama atau status quo. Mereka juga sentimentil. Orang plegmatis senang mengerjakan pekerjaan yang monoton.
—  Orang plegmatis memiliki kebutuhan mendasar berupa penghargaan dan penerimaan. Mereka menerima hidup apa adanya. Sebagai orang tua, orang plegmatis adalah orang yang sabar, baik, dan selalu menyediakan waktu bagi anak. Mereka bisa menerima anak mereka seperti apa adanya.

TIPE MELANKOLIS
—  Orang melankolis adalah orang yang serius, cerdas, dan sangat kritis dalam berpikir. Mereka dapat mengerjakan suatu hal dengan sangat tekun. Mereka mampu menganalisis suatu keadaan jauh lebih baik. Mereka juga sangat terencana. Orang melankolis senang dengan detail. Mereka menyukai data, fakta, angka-angka, dan grafik. Jumlah orang melankolis dalam masyarakat berkisar 20-25% dari total populasi.
—  Orang melankolis adalah tipe yang tertutup. Mereka selalu hati-hati, teliti, dan suka curiga. Mereka tidak senang membuat kesalahan dan mereka akan sangat marah bila orang menyalahkan mereka atas kesalahan yang tidak mereka perbuat.
—  Orang melankolis mempunyai kebutuhan mendasar berupa jawaban yang bermutu dan didukung dengan data-data yang lengkap dan akurat. Sebagai orang tua, orang melankolis biasanya menjadi orang tua yang sangat baik karena bersifat sangat konsisten terhadap anak-anaknya. Orang melankolis akan menetapkan standar yang tinggi dan ingin segalanya dilakukan dengan benar dan sempurna. Mereka akan menjaga rumahnya selalu rapi.

Minggu, 16 Oktober 2011

Tunjukkan Kesungguhanmu dalam Membela Palestina

Seorang akhwat datang menghadiri munashoroh palestina hari sabtu itu. Sesampainya di monas, ia langsung bergerak mengambil posisi di depan panggung orasi. Ia mengucapkan takbir dengan penuh semangat di tengah kerumunan orang. "ALLAHU AKBAR, palestina-palestina selamatkan selamatkan!, israel-israel hancurkan hancurkan!". Ia tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya, yang jelas semangatnya di tengah hari itu membakarnya untuk terus meneriakkan kalimat membela palestina tercinta. Setiap nasyid bertema palestina ia hapal dengan fasih. Nasyid-nasyid yang ditampilkan hari itu semakin menambah semangatnya. tanpa ragu ia langsung menggerakkan langkah kakinya longmarch bersama ribuan orang lain. Jauhnya jarak perjalanan, teriknya matahari, dan asap kendaraan tidak menyurutkan langkahnya.

Pukul 16.00 rangkaian kegiatan munashoroh berakhir hari itu. Semangat yang semula membakar akhwat tersebut mulai turun. Ia kembali menjadi akhwat biasa, seperti semula, sebelum munashoroh. Ia mulai sadar bahwa wajahnya penuh dengan debu dan keringat, ia juga ingat belum shalat ashar. Ia berniat langsung mencari tempat wudhu sambil mencuci mukanya, kemudian shalat ashar.

Setelah menemukan mushalla, ia langsung ke tempat wudhu. Dari dalam tas kecilnya, ia mengeluarkan sebuah sabun pencuci muka yang biasa ia pakai. Sungguh aneh,, merek sabun pencuci mukanya ternyata masuk ke dalam list nama-nama sponsor yahudi. Tidak hanya sabun pencuci wajah, tapi masih terdapat barang lain di rumahnya yang berlogo sponsor yahudi, misalnya sampoo, pastagigi, deodoran.

Ia sebenarnya tahu beberapa barang-barang itu masuk ke dalam produk yahudi. Namun, ia memiliki alasan sendiri untuk tidak menggantinya."Aduh gimana ya, abisnya kalau ganti sabun muka bisa jerawatan, bisa sariawan kalau pakai odol lain,...", belanya saat ku tegur mengenai produk-produk itu. MasyaAllah ke mana semangat munashoroh akhwat ini saat berhadapn dengan kepentingan pribadinya.

Kisah ini menunjukkan betapa masih lemahnya sikap kita kepada kaum kafir..
Bukankah Rasulullah dan para sahabat menunjukkan teladan bersikap lembut kepada muslimin dan bersikap tegas kepada kaum kafir.

Kita mengaku membela pastina tercinta, tapi kenyataan masih tawar-menawar terhadap salah satu perjuangan kecil tapi nyata yang bisa kita lakukan, yaitu dengan memboikot produk israel-amerika. Tawar-menawar yang terjadi karena alasan kepentingan pribadi kita.

Astagfirullah, bagaimana perjuangan kita membela palestina dapat berhasil jika tidak ditunjukkan dengan kesungguhan. Meneriakkan JIHAD tanpa kesungguhan (mujahadah) hanya membuatnya menjadi seolah bualan yang sekadar mengelitik telinga orang-orang yahudi.

Saudaraku, mari tunjukkan kesungguhan kita minimal dengan memboikot produk-produk yahudi mulai dari diri sendiri.

Mari berjuang... ALLAHU AKBAR

Jauhkan aku atas hal itu

Selama ini aku berusaha menghindari apa yang tidak kuinginkan
tapi hari ini aku merasa Engkau membawaku ke tempat itu

Sejenak aku mengeluh, apa perjuanganku selama ini tidak berarti ya Rabb
Engkau tentu mengetahui bahwa aku benar-benar tidak menginginkannya
aku dalam ketakutan terhadap prasangkaku kepada-Mu
bertanya dan membayangkan bila semua akan terjadi

aku lupa ya Rabb, bahwa Engkaulah Sang Maha Berkehendak
tanpa perlu tahu mauku
kehendak-Mu adalah segalanya

Ampunkan aku ya Rabb,
tak kuasa ku menghindari takdir-Mu
bantu aku mengikhlaskannya
sadarkan aku tentang semua kecintaan-Mu
semua yang Engkau berikan adalah kebaikan
untukku...

Jawabannya bukan dirimu

Aku diuji
dengan keadaan yang serba salah ini

aku hanya manusia
yang berpikir semua kan berjalan sempurna
tapi apa daya
arah ini tak mampu ku terka

mencari-cari kepada siapa hati ini tertambat
namun justru membuat sebuah luka melekat

Bukan salahku, bukan salahnya
ini kehendak Ilahi Sang Penguasa Segala
rupanya memang bukan engkau orang yang tepat
di mana hati ini akan terikat

Kecewaku hanya di awal
yang kemudian sembuh karena amal
amalanku pada shalat istikharah
yg berisi doa penuh pasrah

Bukan engkau yang kuharap
melainkan Tuhanku saja yang kuharap

Meyakini bahwa takdirnya lebih indah
dibanding khayalan mahluknya yang sedang berkisah
tak perlu lagi gelisah
tak perlu ada sekecil  marah

Demi Allah, Dia tidak akan menyia-yiakan hamba-Nya.

Cintaku bukan untuk melukai keimananmu

kita bukan sepasang remaja yang sedang mencari arti cinta
kita bukan orang buta tanpa tongkat yang tak tahu arah
kita bukan orang tuli yang tidak pernah mendengar peringatan Tuhannya

Tuan, anda lelaki sholeh
sedang aku hanya wanita berhati lemah
jika cinta tumbuh di antara kita
jagalah, jangan sampai syaitan memanfaatkannya
aku tak sudi menjadi anak panah syaitan bagimu

tak pula ingin melukai keimananmu

Tuan, jika aku membuatmu lalai dari mengingat Penciptamu, tinggalkan aku
Jika aku membuatmu lupa tujuan akhirmu, tinggalkan aku
Jika engkau ragu terhadapku, lepaskan aku

jika engkau tidak mau atau tidak bisa membuatku halal bagimu, aku yang akan meninggalkanmu
Karena kau dan aku tidak bisa bermanfaat satu sama lain jika kita terbuai cinta namun melupakan ridhoNya

Kita berhadapan pada kenyataan bahwa cinta tidak berkutik bila disandingkan dengan rahmat Nya

Sepuluh Teka-Teki untuk Imam Syafi'i

Dikisahkan sekolompok orang ingin menguji kecerdasan Imam Syafi’I di depan Khalifah ar-Rasyid. Mereka berkumpul bersama dengan sengaja untuk melihat seberapa kecerdasan sang imam yang terkenal ini, Mereka meminta penjelasan dari sepuluh pertanyaan teka-teki yang sudah mereka susun. Namun, ternyata Imam Syafi'i mampu menjawab semua pertanyaan itu dengan keluasan ilmu dan kebijaksanaannya. Berikut pertanyaan-pertanyaan tersebut. 

1. Bagaimana pendapatmu tentang seorang yang menyembelih kambing di rumah, lalu dia pergi untuk suatu keperluan. Setelah kembali ia berkata kepada keluarganya, “Makanlah kambing ini, dia haram untukku”. Kemudian keluarganya menjawab, “Begitu juga dengan kami”.
Jawaban: Orang tersebut pasti orang musyrik. Dia menyembelih kambing dengan nama berhala. Kemudian saat dia pergi karena suatu urusan, ALLAH memberikan hidayah keimanan, lalu ia memeluk islam. Dging kambing tsb menjadi haram baginya. Setelah keluarganya tahu, mereka ikut masuk islam juga.

2.Bagaimana pendapatmu tentang orang yang lari dan meninggalkan hamba sahaya lalu berkata, “Hamba sahaya itu merdeka jika aku telah makan makanan hingga menemukannya kembali”. Bagaimana solusinya?
Jawaban: hamba sahaya tersebut diberikan kepada anak-anaknya lalu dia pergi makan. Kemudian dia meminta kembali hamba sahayanya.

3.Dua orang muslim berakal dan merdeka minum khamar. Salah satunya dihukum, yang satunya tidak.
Jawaban: salah satunya baligh dan yang lain masih kecil.

4. Dua orang wanita bertemu dengan dua orang pemuda. Keduanya berkata, “selamat datang kedua anak, kedua suami dan kedua anak tiri kami.”
Jawaban: Kedua pemuda tsb adalah anak dari kedua wanita. Masing-masing menikah dengan anak temannya. Jadi, kedua pemuda tadi adalah dua anak, dua suami, dan dua anak tiri kedua wanita itu.

5.Seorang lelaki mengambil gayung air untuk diminum. Dia meminumnya setengah karena halal dan mengharamkan sisanya.
Jawaban: Orang tersebut minum air dari gayung tersebut. Tapi saat dia baru meminum setengahnya, hidungnya mengeluarkan darah hitam dan bercampurd engan air. Jadi sisa airnya menjadi haram.

6. Lima orang laki-laki berzina dengan seorang wanita. Laki-laki pertama harus dibunuh. Lelaki kedua harus dirajam. Lelaki ketiga dicambuk. Lelaki keempat setengah had. Dan lelaki kelima tidak dihukum apa-apa.
Jawaban: orang pertama menganggap zina halal (ia dihukum mati karena murtad), orang kedua sudah menikah, orang ketiga laki-laki yang tidak suci, dan orang keempat hamba sahaya, dan yang kelima adalahadalah orang gila.

7. Seorang lelaki melaksanakan shalat. Usai salam ke arah kanan, istrinya ditalak. Usai salam ke kiri, shalatnya batal. Ketika melihat ke atas, di harus membayar seribu dirham.
Jawaban: ketika mengucapkan salam ke kanan, ia melihat seorang laki-laki yang istrinya telah dia nikahi. Saat mengetahui suami pertama itu datang, dia langsung menalak istrinya. Saat ia salam ke kiri ia melihat ada najis menempel di bajunya, jadi shalatnya batal. Saat menegnok ke atas dia melihat bulan. Dia mempunyai hutang seribu dirham yang harus dibayar di awal bulan (bentuk bulan yang di lihat saat itu menandakan awal bulan)

8. Seorang imam shalat bersama empat makmum di masjid. Tiba-tiba seorang lelaki datang dan shalat di kanan iman. Ketika mengucap salam ke arah kanan dan melihat laki-laki tsb, sang imam harus dibunuh, sementara empat makmunya harus dijilid dan masjidnya harus dirobohkan.
Jawaban: laki-laki tsb mempunyai istri yang dia tinggalkan di rumah saudaranya. Sang imam telah membunuh saudaranya tsb lantaran  disangka bahwa dia adalah suaminya. Sang imam kemudian menikahi wanita itu disaksikan empat makmumnya. Sementara masjdi itu merupakan rumah laki-laki yang dibunuh dan menjadi masjid.

9. Seorang suami  memberikan kepada istrinya sebuah kantong berisi penuh dan terkunci. Dia berpesan pada istrinya agar mengeluarkan isi kantong tanpa membuka, merobek, merusak atau membakar bagian kantong yang terkunci. Jika melanggarnya si istri akan ditalak. Bagaimana melaksanakan perintah suami tsb.
Jawaban: kantong tsb berisi gula atau garam. Jadi sang istri hanya perlu mencelupkannya dalam air agar larut.

10. Ada dua orang laki-laki dan wanita dua anak di jalan. Kemudian ada orang yang mendatangi mereka. Ketika keduanya ditanya kenapa? Sang laki-laki menjawab, “Ayahku adalah kakek mereka, saudara ku adalah paman mereka, istriku adalah istri mereka”. Sementara sang istri berkata ”ibuku adalah nenek mereka dan saudara perempuankau adalah bubi mereka”.
Jawaban: laki-laki tersebut adalah ayah mereka dan wanita tersebut adalah ibu mereka.



***

keren ya jawaban-jawabannya... 

Gairah Pencari Ilmu (Kisah Imam Syafi'i)

Suatu hari, Imam Syafi'i yang berusia tujuh tahun atau lebih, pernah belajar dengan imam Malik di kota Madinah. Imam Malik mengajarkan hadist NAbi di masjid tersebut. Seperti biasa, imam Malik selalu menyebutkan sanad hadist. Saat sedang mengajar tersebut, sang imam melihat tangan Syafi'i memainkan secarik alas setelah membasahinya dengan air liur. Beliau sangat kecewa. Beliau menunggu sampai menyelesaikan pelajaran membaca empat puluh hadist. Kemudian Imam memanggil Syafi'i kecil untuk menghadap dan mendapat sedikit teguran dari sang Imam.
"kenapa kamu bermain-main saat hadist Rasulullah?", tanya Imam MAlik
"Syeikh, aku tidak bermain-main. Aku hanya mencatat dengan air liurku biar aku tidak lupa karena aku adalah anak fakir yang tidak punya dirham untuk membeli kertas dan pena", jawab Syafi'i kecil.
Setelah mendengar jawaban Syafi'i sang Imam berkata,"jika benar, bacakan aku hadist Nabi dari empat puuluh hadist yang kubacakan saat pelajaran hari ini."

Syafi'i kecil pun dapat menjawab tantangan gurunya secara detail bahkan dengan mencontohkan gaya atau gerak-gerik gurunya (Imam Malik) tersebut saat menyampaikan pelajaran.

dikutip dari buku Takut Hanya kepada ALLAH, oleh: DR. Mustafa Murad.

ku penuhi perintah-Mu untuk berhijab, ya Allah

Sembilan tahun lalu aku mengambil keputusan untuk mengubah penampilanku. Baju berlengan pendek dan rok sekolah sebatas lutut berganti menjadi baju dan rok panjang. Sejak itu, potongan kain mulai menutupi kepala, menyembunyikan rambut yang disebut sebagai mahkota para wanita.

Sembilan tahun lalu adalah awal aku mengenakan jilbab atau hijab, telat empat tahun dari awal pubertasku (menstruasi). Sebenarnya, sudah sejak kecil (sebelum menstruasi) aku sering mendengar guru ngajiku mengatakan tentang perintah menutup aurat, "Wanita itu harus menutup aurat, kalau ngga nanti rambutnya digantung dan dibakar di neraka." Seperti itulah yang disampaikan guru ngajiku, tapi semua penjelasan itu hanya sekadar lewat di telinga.

Sembilan tahun lalu, barulah hidayah Allah datang melalui beberapa orang. Seorang di antaranya mengatakan, "Wanita itu wajib menutup aurat dari orang yang bukan muhrim. Itu perintah ALLAH langsung ada di ayat Al-Qur'an", kemudian ia menunjukkan beberapa ayat Al-Quran, salah satunya Al-Azhab:59. Sementara yang lain memberi contoh bagaimana memakai dan apa saja yang dilakukan oleh wanita berjilbab. Logika disertai keimananku (atas rahmat Allah Swt) mulai berjalan. Ini Allah yang memerintahkan sendiri, bukan orangtua, guru, maupun teman. Bagaimana aku bisa mengadakan tawar-menawar dengan Tuhanku, Allah Yang Mahakuasa, lalu akhirnya kuputuskan untuk menjalankannya.

Sembilan tahun lalu, aku merasakan nikmat yang luar biasa. Nikmat merengkuh hidayah-Nya yang kemudian mengukuhkan niatku untuk menjaga kesucian nilai pakaianku ini (semoga Allah selalu menuntunku kepada cahaya-Nya dan terus istiqomah mengenakan hijab yang sesuai syariah).

Kepada kalian, saudariku, aku ingin berbagi kenikmatan sembilan tahun laluku itu (insyaAllah hingga saat ini dan sampai ku jemput husnul khotimah, amiin). Bulatkan niat kalian memakai hijab,tidak baik terus ditunda, sebagai tanda patuhmu kepada Sang Pencipta. Semoga Allah meneguhkan langkahmu dan menjaga keimananmu.

“Mudah-mudahan Allah merahmati wanita-wanita Muhajirin yang pertama-tama, ketika turun ayat ini: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada (dan leher) mereka.” (QS. An Nur: 31), mereka merobek selimut mereka lalu mereka berkerudung dengannya.” (HR. Bukhari, Abu Dawud, Ibnu Jarir, dan lainnya)

Kisah Yusuf Estes, mualaf yang kini menjadi da'i di Amerika Serikat

Yusuf Estes, (lahir pada 1944) merupakan warga negara Amerika Serikat yang memeluk islam pada tahun  1991. Dia pernah menjadi delegasi muslim di Konferensi Perdamaian Dunia yang diselenggarakan PBB, September 2000 (United Nations World Peace Conference for Religious Leaders). Sebelum masuk islam dia bekerja sebagai musisi di gereja, penginjil, sekaligus mengelola bisnis alat musik piano dan organ hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang pengusaha Mesir bernama Muhammad Abdul Rahim untuk menjalin bisnis. Awalnya, ia berniat mengkristenkan mitra usahanya ini, tetapi yang terjadi malah ia, istri, ayah, mertua, dan temannya mengislamkan diri. Ia aktif mempelajari islam, menguasai bahasa arab dan ilmu Al-Quran selepas belajar di Mesir, Maroko, dan Turki. Kemudian dia menjadi aktivis di berbagai kegiatan dakwah, di antaranya menjadi imam tetap di markas militer AS di Texas dan dai di penjara sejak tahun1994. Sejak tahun 2006 dia sering tampil sebagai pembicara pada program televisi, seperti PeaceTV, Huda TV, demikian pula IslamChannel yang bermarkas di Inggris. Ia juga tampil dalam serial televisi Islam untuk anak-anak bertajuk “Qasas Ul Anbiya” yang bercerita tentang kisah-kisah para Nabi. Di bawah ini adalah kisah Syekh Yusuf sebagaimana dituturkannya di situs www.islamtomorrow.com.

***



Nama saya Yusuf Estes. Saat ini dipercaya memimpin sebuah organisasi bagi Muslim asli Amerika. Kini sepanjang hidup saya berikan untuk Islam. Saya berkeliling dunia untuk memberikan ceramah dan berbagi pengalaman bagaimana Islam hadir dalam diri saya. Organisasi kami terbuka untuk berdialog dengan berbagai kalangan. Misalnya para pemuka agama seperti pendeta, rabi (ulama kaum Yahudi-red) dan lainnya di mana pun mereka berada.
Kebanyakan medan kerja kami adalah kawasan institusional seperti pusat militer, universitas, hingga penjara. Tujuan utama adalah untuk menunjukkan Islam yang sebenarnya dan memperkenalkan bagaimana hidup sebagai seorang Muslim. Meskipun Islam saat ini berkembang sebagai salah satu agama terbesar kedua setelah Kristen, namun masih banyak saja terjadi kesalahpahaman tentang Islam. Misalnya Islam selalu diidentikkan dengan hal berbau Arab.
Banyak orang bertanya pada saya bagaimana mungkin seorang pendeta atau pastur Kristen bisa masuk Islam, padahal tiap hari kami menyampaikan kebenaran Kristen. Belum lagi dengan berita-berita negatif tentang perilaku buruk Islam di media. Pasti tidak ada orang yang tertarik dengan Islam. Pernah seorang pria Kristen bertanya pada saya melalui e-mail, "Kenapa dan bagaimana saya meninggalkan Kristen dan masuk Islam?". Saya berterima kasih pada semua yang bersedia mendengar kisah saya berikut ini. Semoga Allah ridha.

Keluarga Kristen taat
Saya lahir di Ohio, besar dan bersekolah di Texas. Dalam tubuh saya mengalir darah Amerika, Irlandia, dan Jerman hingga sering disebut WASP (white anglo saxon protestant). Keluarga kami adalah penganut Kristen yang sangat taat. Tahun 1949, ketika masih di bangku SD kami pindah ke Houston, Texas. Saya dan keluarga sering hadir secara rutin ke gereja. Malah saya dibaptis pada usia 12 tahun di Pasadena, masih Texas.
Sebagai seorang remaja, saya punya keinginan untuk bisa berkunjung ke banyak gereja di berbagai tempat guna menambah pengalaman dan pengetahuan Kristen. Kala itu saya benar-benar haus untuk mempelajari ajaran Kristen. Tidak hanya ajaran Kristen, bahkan ajaran Hindu, Budha, Yahudi, hingga Metafisika juga saya pelajari. Hanya satu ajaran yang saya tidak begitu serius dan bahkan tidak menaruh perhatian sama sekali, yakni Islam.
Saya suka musik terutama klasik. Hingga saya sering dapat undangan menyanyi di berbagai gereja. Di kisaran tahun 1960-an saya mengajar musik dan tahun 1963 punya studio sendiri di Laurel, Maryland yang saya beri nama “Estes Music Studios.” Hingga tahun 1990 atau hampir 30 tahun lamanya saya bersama dengan ayah mengelola bisnis entertainment. Kami juga punya toko alat musik piano dan organ di Texas, Oklahoma hingga Florida.
Ayah dulu pernah aktif dalam aneka kegiatan gereja. Dari sekolah minggu hingga aktifitas penggalangan dana bagi pengembangan sekolah Kristen. Dia sangat menguasai Bibel dan juga terjemahannya. Melalui ayah pula saya belajar Bibel dalam berbagai versi dan terjemahan.
Ayah saya, seperti kebanyakan pendeta lainnya, selalu mendapat pertanyaan, Apakah Tuhan yang menulis Bibel?” Biasanya jawabannya adalah: “Bibel adalah rangkaian kata inspirasi seorang lelaki yang berasal dari Tuhan.” Itu bermakna, menurut saya, manusialah yang menulis Bibel. Tentu saja, selama bertahun-tahun, jawaban itu menimbulkan banyak tanggapan bahkan penolakan. Namun ayah selalu menambahkan,”Akan tetapi (Bibel) itu tetap kata dari Tuhan yang diilhamkan kepada manusia.” Begitulah.

Mencari Tuhan
Beranjak dewasa dan memiliki usaha sendiri, akhirnya saya “menyerah”. Saya tidak mungkin jadi seorang pendeta. Saya takut bermental hipokrit. Saya belum bisa menerima tentang konsep Tuhan itu satu namun pada saat yang sama Dia menjadi “Tiga” atau Trinitas. Saya selalu bertanya-tanya, jika Dia “Tuhan Bapa” bagaimana mungkin pada saat yang sama juga menjadi “Anak Tuhan?”
Selama bertahun-tahun saya mencoba mencari Tuhan dengan berbagai cara. Saya pelajari dan cek dalam agama Budha, Hindu Metafisika, Taoisme, Yahudi dan banyak lagi. Bertahun-tahun saya pelajari hingga mendekati usia ke-50 saya belum menemukan siapa Tuhan yang sebenarnya. Lalu saya mencoba bergaul dengan banyak kalangan, termasuk dengan para evangelis dan penginjil yang punya pengalaman di berbagai tempat dan negara. Kami sering melakukan perjalanan jauh. Namun tidak ada jawaban yang memuaskan. Tidak ada yang mau menjawab siapa yang menulis Bibel sebenarnya, kenapa Bibel banyak versi padahal bukunya sama, kenapa banyak sekali terdapat kesalahan versi terkini dengan versi terdahulu. Dan, bahkan, dalam berbagai versi Bibel, saya tidak menemukan satupun kata “Trinitas.”
Kolega saya akhirnya tidak mampu meyakinkan saya. Mereka lelah mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan “nyeleneh” tersebut. Sampai akhirnya datanglah satu kejadian yang merupakan awal perjumpaan saya dengan Islam. Kejadian yang akhirnya meruntuhkan semua konsep-konsep dan keyakinan-keyakinan yang telah membebani saya selama bertahun-tahun. Solusi dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya datang justru dengan cara, yang menurut saya, aneh dan ganjil.

Jumpa pria Mesir
Ceritanya, awal 1991 ayah mencoba menjalin bisnis dengan seorang pengusaha dari Mesir. Ia meminta saya untuk bertemu dengan pria Mesir itu. Bagi saya inilah kali pertama mengadakan kontak bisnis internasional. Yang saya tahu tentang Mesir adalah piramid, patung Sphinx, dan sungai Nil. Hanya itu. Lalu ayah menyebut bahwa pria itu seorang Muslim.
Apa? Islam? Saya tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Menjalin hubungan dengan orang Islam? Spontan batin saya menolak. Tidak, no way! Saya mengingatkan ayah agar membatalkan kontak dengan pria itu dengan menyebut hal-hal negatif tentang orang Islam. Orang Islam teroris, pembajak, penculik, pengebom, dan entah apa lagi. Saya sebut juga mereka (orang Islam) tidak percaya dengan Tuhan, tiap hari kerjanya mencium tanah lima kali sehari, dan menyembah kotak hitam di tengah padang pasir (maksudnya Ka’bah-red.). Tidak! Saya tidak mau jumpa orang itu.
Ayah tetap mendesak. Ia menyebut orang itu sangat ramah dan baik hati. Akhirnya saya menyerah dan bersedia bertemu dengan pengusaha Islam tersebut. Tapi untuk pertemuan tersebut saya buat semacam “aturan” khusus. Antara lain; saya mau bertemu dengannya pada hari Minggu setelah kegiatan di gereja, sehingga punya “kekuatan” kala bertemu nanti. Saya musti bawa Bibel, pakai baju jubah dan peci ala gereja bertuliskan “Yesus Tuhan Kami.” Istri dan kedua anak perempuan saya juga harus datang di saat pertemuan pertamakali dengan orang Islam itu.
Tibalah hari H. Ketika saya masuk toko, langsung saya tanya pada ayah mana orang Islam itu. Ayah menunjuk seorang laki-laki di dekatnya. Mendadak saya dilanda kebingungan. Ah sepertinya pria itu bukan si Islam yang dimaksud. Hati saya membatin. Penampilannya tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Laki-laki asal Mesir itu tidak berjanggut, bahkan tidak punya rambut sama sekali alias botak. Ia tidak bersorban dan tidak pula berjubah. Malah pakai jas.
Spontan saya mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Mengamati orang-orang yang hadir. Saya mencari-cari orang yang pakai jubah dengan surban melilit di kepalanya, berjenggot lebat serta alis mata tebal. Khas orang Arab. Namun tidak ada seorangpun yang memenuhi kriteria saya. Yang lebih mengejutkan, pria itu malah menegur saya dengan sangat ramah. Ia menyambut dan menjabat tangan saya dengan hangat. Namun saya tidak terkesan dengan tingkahnya itu. Hanya ada satu pikiran, yakni bagaimana meng-Kristenkan pria Mesir itu.
Interogasi
Selepas perkenalan singkat, saya pun mulai “menginterogasi” pria Mesir tersebut. Anda percaya dengan Tuhan? tanya saya mengawali. Pria itu menjawab ya. Saya mencocornya lagi dengan rentetan pertanyaan lain seperti keyakinan Islam kepada Nabi Adam, Ibrahim. Musa, Daud, Sulaiman hingga Isa Al-Masih. Saya dibuat terpana kala mendengar jawabannya. Ia menjelaskan Islam percaya dengan Nabi-Nabi yang saya sebut tadi. Bahkan makin ternganga kala diberitahu Islam juga beriman dengan salah satu Kitab Allah yakni Injil dan Nabi Isa adalah salah satu utusan-Nya. Fantastik!
Yang bikin saya syok adalah tatkala mengetahui ternyata Islam juga percaya dengan Almasih (baca: Nabi Isa). Dalam Islam ternyata Isa diimani; sebagai utusan Tuhan dan bukan Tuhan, lahir tanpa seorang ayah, ibunya adalah Maryam. Ini sudah lebih dari cukup bagi saya untuk mempelajari Islam lebih lanjut. Ah padahal sebelumnya saya sangat benci dengan Islam. Kini saya harus mempelajarinya? Bagaimana mungkin?
Akhirnya kami jadi sering bertemu dan berdiskusi terutama tentang keimanan. Pria ini sangat lain. Ramah, kalem, dan terkesan pemalu. Ia mendengar dengan serius setiap kata-kata saya dan tidak menyela sedikitpun. Lama kelamaan saya jadi menyukai pria itu. Namun waktu itu yang masih terpikir oleh saya adalah mencari cara untuk mengajaknya masuk Kristen. Orang ini sangat potensial menurut saya.

ImageMenjadi mitra bisnis
Saya akhirnya setuju untuk menjalin bisnis dengan pengusaha Mesir itu. Kami sering mengadakan perjalanan bisnis di sepanjang kawasan Utara Texas. Sepanjang hari kami justru banyak berdiskusi hal keyakinan Islam dan Kristen ketimbang masalah bisnis. Kami bicara tentang konsep Tuhan, arti hidup, maksud penciptaan manusia dan alam serta isinya, tentang Nabi, dan banyak lainnya lagi.
Satu ketika saya dapat kabar Muhammad bermaksud pindah rumah. Selama ini ia tinggal bersama dengan seorang temannya. Ia berencana untuk tinggal di mesjid selama beberapa waktu. Saya dan ayah mengajaknya tinggal di rumah kami saja. Ia pun setuju.
Satu ketika salah seorang teman saya –seorang pendeta- mengalami serangan jantung. Kami membawanya ke rumah sakit terdekat dan tinggal beberapa saat disana. Saya pun musti menjenguknya beberapa kali dalam seminggu. Muhammad sering saya ajak serta. Rupanya teman saya itu tidak begitu suka. Bahkan ia dengan nyata menolak berdiskusi apapun tentang Islam. Hingga satu hari datang pasien baru. Seorang pria yang kemudian tinggal satu kamar di rumah sakit dengan teman saya. Ia menggunakan kursi roda. Saya berkenalan dengan pria itu. Sekilas tampaknya pria itu seperti sedang depresi berat

Pria di kursi roda mencari Tuhan
Akhirnya saya tahu pria itu kesepian dan depresi berat serta butuh teman dalam hidupnya. Jadilah saya mencoba mengingatkan dia tentang Tuhan. Saya kisahkan tentang Nabi Yunus yang hidup dalam perut ikan. Sendirian dalam gelap namun masih ada Tuhan bersamanya.
Selepas mendengar kisah itu, pria berkursi roda itu mendongakkan kepalanya seraya meminta maaf. Ia menceritakan bahwa ada sedikit masalah yang melandanya. Selanjutnya ia ia ingin mengakuinya kesalahannya itu di hadapan saya. Saya berujar bahwa saya bukan seorang pendeta. Pria itu justru menjawab; “Sebenarnya saya dulu seorang pendeta.”
“Apa? Saya barusan menceramahi seorang pendeta ? Saya benar-benar syok kala itu. Kenapa jadi begini? Apa yang terjadi dengan dunia ini sebenarnya?
Rupanya pendeta itu –namanya Peter Jacobs- adalah mantan misionaris yang telah berkeliling Amerika Latin dan Meksiko selama 12 tahun. Kini ia malah depresi dan butuh istirahat. Saya menawarkannya untuk tinggal di rumah kami. Dalam perjalanan ke rumah, saya berdiskusi dengan Peter tentang Islam. Saya sungguh terkejut kala diberitahu para pendeta Kristen juga belajar tentang Islam dan bahkan sebagiannya ada yang doktor di bidang itu. Ini hal baru bagi saya tentunya.
Sejak itu, Muhammad, Peter dan saya sering terlibat diskusi hingga larut malam. Satu ketika masuk ke masalah kitab-kitab suci. Saya takjub kala Muhammad menceritakan bahwa dari pertama diturunkan hingga saat ini atau selama 1400 tahun Al-Quran hanya ada satu versi. Al-Quran dihafal oleh jutaan Muslim di seluruh dunia dengan satu bahasa yaitu Arab. Sungguh mustahil. Bagaimana mungkin kitab suci kami bisa berubah-ubah dengan berbagai versi sementara Al-Quran tetap terpelihara?

Sang pendeta masuk Islam!
Satu hari pendeta Peter Jacobs ingin melihat apa yang dilakukan orang Islam di Mesjid. Ia pun ikut Muhammad. Sepulang dari sana saya bertanya pada Peter ada kegiatan apa di sana. Peter menyebut tidak ada acara apa-apa di mesjid. Mereka (orang Islam) cuma datang dan shalat saja. Tidak ada acara seremoni apapun. Apa? tidak ada ceramah atau nyanyian apapun?
Beberapa hari kemudian Peter minta ikut lagi ke mesjid. Namun kali ini lain. Mereka tidak pulang-pulang hingga larut malam. Saya khawatir sesuatu terjadi terhadap mereka. Akhirnya Muhammad kembali dengan seorang pria berjubah. Saya sungguh terkejut dengan laki-laki yang datang bersama Muhammad itu. Ia mengenakan jubah dan topi putih. Ah rupanya si Peter. Ada apa dengan kamu tanya saya. Jawaban Peter bak petir di siang bolong. Ia menyebut sudah bersyahadah. Oh Tuhan! Apa yang terjadi? Pendeta masuk Islam?
Saya benar-benar syok dan semalaman tidak bisa tidur memikirkan hal itu. Saya ceritakan kejadian tersebut kepada istri. Istri saya justru menyatakan ia juga ingin masuk Islam, karena itulah yang benar. Oh Tuhan! Saya benar-benar tidak percaya.
Saya turun ke bawah dan membangunkan Muhammad seraya minta waktu diskusi dengannya. Sepanjang malam hingga subuh kami bertukar pendapat. Muhammad minta izin shalat Subuh. Ketika itu saya mendapat firasat, kebenaran telah datang. Saya harus membuat pilihan. Lalu saya keluar rumah. Persis di belakang rumah, saya memungut sepotong papan. Lalu saya letakkan papan itu menghadap ke arah orang Islam shalat. Saya pun bersujud menghadap kiblat dan meminta petunjuk-Nya.

ImageSekeluarga masuk Islam
Pagi itu, pukul 11, saya bersyahadah di hadapan dua orang saksi, mantan pendeta Peter Jacobs dan Muhammad Abd. Rahman. Alhamdulillah, di usia ke-47 saya jadi seorang Muslim. Beberapa menit kemudian istri saya juga ikut bersyahadah. Ayah baru memeluk Islam beberapa bulan kemudian. Sejak itu saya dan ayah sering ke mesjid terdekat di kota kami. Ayah mertua saya akhirnya juga mengikuti kami. Di usianya yang ke-86 ia memeluk Islam. Mertua saya meninggal persis beberapa bulan selepas bersyahadah. Semoga Allah ampuni dia. Amiin.
Adapun anak-anak saya pindahkan dari sekolah Kristen ke sekolah Islam. Setelah sepuluh tahun bersyahadah, mereka telah mampu menghafal beberapa juz Al-Quran.
Sejak itu saya habiskan waktu hanya untuk Islam. Saya berdakwah ke mana-mana, hingga ke luar Amerika. Banyak sudah yang memeluk Islam. Baik dari kalangan birokrat, guru, dan pelajar dari berbagai agama. Dari Hindu, Katolik, Protestan, Yahudi, Rusia Orthodok, hingga Atheis. Saat ini saya juga mengelola sebuah website yakni Islamalways.com yang punya motto terkenal, ” where we’re always open 24 hours a day and always plenty of free parking.” (kami buka 24 jam sehari dan banyak tempat parkir gratis).
Islam telah mengubah cara saya melihat kehidupan ini dengan lebih bermakna. Semoga Allah pelihara hidayah yang sudah ada pada kita dan sebarkan hidayah itu ke seluruh alam. Amin.