Sabtu, 29 Oktober 2011

Tempe Setengah Jadi

Diceritakan ada seorang janda produsen sekaligus penjual tempe. Wanita ini memiliki dua orang anak yang masih sekolah. Untuk menghidupi keluarganya, wanita ini harus berjuang membuat tempe lalu menjualnya ke pasar.

Suatu hari, seperti biasa ia membuat tempe yang akan dibawanya ke pasar esok paginya. Namun, ada yang berbeda. Olahan kedelai tidak juga mengeras seperti biasanya. Sampai pada waktu yang biasanya, ia mengintip cetakan tempe yang berisi kedelai tersebut rupanya tidak juga jadi sepenuhnya, hanya setengah jadi. "Duh, kok tumben lembek gini. Kalau sampai ngga jadi gimana bisa aku jual ke pasar?", tanyanya dalam hati sambil berdoa agar isi di cetakan ini bisa mengeras menjadi tempe yang sebenarnya. Wanita ini memutuskan untuk menunggu dan tetap berharap semua berjalan lancar.

Setelah sekian lama, ia kembali ke tempat cetakan tempe. Diintipnya isi cetakan itu. Raut kebingungan kembali tampak di wajah janda ini, harapannya tidak terkabul. Ia belum putus asa, ia putuskan kembali menunggu sambil berdoa kepada Allah. Selama ia menunggu, pikirannya disibukkan dengan berbagai hal, terutama nasib keluarganya. Ia hanya produsen dan penjual kecil. Hasil penjualan tempe akan ia gunakan untuk keperluan sehari-hari dan modal membuat tempe di keesokan harinya. Jika sampai ia gagal membuat tempe kali ini, entah dari mana ia bisa memenuhi kebutuhan keluarganya dan modal usaha kecilnya itu. Tapi segera ia tersadar dari lamunannya. Ia tahu bahwa ia hanya bisa berusaha, sedangkan yang menentukan hasilnya adalah Allah Swt, manusia mampu berikhtiar tapi juga harus bertawakal.

Setelah beberapa kali mengintip dan menyadari tidak ada perubahan pada isi cetakan tempe. Wanita ini memutuskan untuk tetap membawa tempe setengah jadi ini ke pasar. Ini adalah usaha terakhir yang bisa ia lakukan. Dengan langkah yang berat ia membawa produk tempenya ke pasar. Di sana sudah ramai dengan berbagai penjual dan pembeli. Ia pun mulai menggelar dagangannya. Setiap kali ada orang yang ingin membeli tempenya, dengan jujur ia mengatakan bahwa tempenya setengah jadi, dan si calon pembelinya pun akhirnya mengurungkan niat untuk membeli. "Mana ada orang yang mau membeli tempe setangah jadi?", gumamnya sambil menghela napas. Dalam hati, ia terus memanjatkan doa barang kali ada keajaiban.

"Bu, saya mau beli tempe. Ada ngga yang setengah jadi?", seorang wanita berdiri di depan lapaknya. Sontak, ia terkejut. "Ibu nyari yang setengah jadi?" tanyanya. "Iya bu, saya nyari yang setengah jadi". Wajah ceria pun langsung menghiasi wanita penjual tempe ini. "Ada bu, ada.. ibu butuh berapa banyak?", lanjutnya sambil menunjukkan tempe-tempe dagangannya. "Ibu punya tempe setengah jadi? Alhamdulillah, saya dari tadi muter-muter pasar ngga ketemu susah banget nyarinya. Kalau gitu saya beli semuanya bu."

Wanita penjual tempe terkejut, ia tidak menyangka dagangannya yang semula dikiranya tidak laku, langsung habis dalam sekejap diborong satu pembeli. "Alhamdulillah, terima kasih gusti, terima kasih", syukurnya kepada Allah Swt. Sambil membungkus semua tempe setengah jadi itu, ia mengobrol dengan pembeli tersebut. Rupanya wanita pembeli tempe adalah seorang yang bekerja di luar negeri yang sedang pulang ke Indonesia. Ia dapat banyak pesanan tempe dari teman-temannya di luar negeri. Kalau harus membeli tempe yang jadi, saat sampai tempe itu sudah busuk. Kalau beli yang setengah jadi, maka tempe bisa lebih awet dan selama perjalanan proses peragian bisa dilanjutkan agar si tempe bisa sepenuhnya menjadi tempe.

Dari komunikasi di antara mereka terjalin hubungan bisnis. Si wanita yang bekerha di luar negeri rutin menjadi konsumennya. Setiap kali pulang ke Indonesia, pasti memesan tempe ke ibu ini. Subhanallah.

Jangan pernah berputus asa, skenario Allah lebih indah dari bayangan makhluk-Nya.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar